» » Terjemahan bebas Syair Bisri Mustofa Yang Berjudul Ngudhi Susila

Sunday, July 29, 2012

Terjemahan bebas Syair Bisri Mustofa Yang Berjudul Ngudhi Susila


بسم الله الرحمن الرحيم
صلاة الله مالاحت كواكب

علي احمد خير من ركب النجاءب

(Shalaatullaahi maa laahat kawaakib
‘alaa Ahmad khoiri mar-rakiban-najaa-ib).

Ini sya’ir untuk puta-putri dan muda-mudi
menjauhkan tingkah laku tak terpuji.

Serta menerangkan budi berharga
untuk menempuh jalan menuju surga.

Semenjak anak berumur tujuh tahun,
harus diajari aturan yang santun.

Harus menyayangi ibunya yang merawatnya,
sejak kecil pada bapak yang menyeyanginya.

Pada ibu dan bapak selalu rajin membantu,
janganlah berlaku kasar dan kaku.

Kalau ibu dan bapak perintah segera lakukan,
jangan bantah dan jangan enggan.

Rendah hati terhadap orang yang lebih tua,
senantiasa tidak berbuat semena-mena.

Berbicara halus, jelas dan sopan,
tidak berlagak seperti juragan.

Kalau orang tua sedang duduk di bawah,
jangan sekali-kali duduk di atas apalagi pongah.

Ketika orang tua sedang tidur jangan ribut,
sekalipun sedang membaca pelankanlah dengan suara lembut.

Kalau kamu berjalan lewat di depannya,
harus permisi dan merendah darinya.

Ibu-bapak beri nasihat, lebih baik diam dan mendengarkan,
jangan menggerutu dan jangan mengabaikan.

  • Bab Membagi Waktu
Jadi anak harus belajar bagi zaman,
jangan selalu bermain sampai lupa makan.

Waktu shalat tiba jangan tunggu diperintahkan
segeralah shalat jangan merasa enggan.

Waktu mengaji dan sekolah harus belajar,
semua itu ditaati dengan sungguh jangan dilanggar.

Menjelang shubuh segera bangun lalu mandi,
lalu berwudlu’, shalat khusyu’ dan dihayati.

Sesudah shalat lalu berbuat,
semua kegiatan yang bermanfaat.

Tidak ada kegiatan ya baca-baca Qur’an
walau sebentar jadikanlah kebiasaan (wiridan).

Pergi mengaji siang atau petang semuanya,
tata krama dan adabnya sama saja.

  • Dalam Pendidikan
Kalau akan pergi untuk belajar dalam pendidikan
Mempersiapkan diri dengan rajin, rapih dan kebersihan

Lalu pamit pada ibu dan bapak dengan salam,
jawab ibu dan bapak “Wa’alaikum salam”.

Diberi sangu banyak atau sedikit selalu menerima,
supaya  nanti menjadi orang yang utama.

Dalam pendidikan harus belajar tekun dan penuh perhatian,
menerima ilmu pengetahuan dan ketrampilan.

Dalam kelas jangan mengantuk, jangan bersendagurau,
waktu istirahat boleh tetapi jangan terlalu banyak bergurau.

Kepada kawan jangan bengis dan jangan judas,
nanti dijuluki kawan orang tidak waras.         

  • Pulang dari Pembelajaran
Selesai dari kegiatan belajar segera pulang,
jangan mampir bermain hingga rasa lapar datang.

Sampai di rumah lalu berganti pakaian,
harus tertib, rajin dan rapi sesuai aturan.

  • Berada di rumah
Dengan kerabat dan teman rukun dan harmonis itu harus,
Jangan seperti kucing belang berebut tikus.

Jadi orang tua harus bijaksana,
jadi orang muda harus menghargai yang tua.

Kalau punya orang tua ilmuwan, berpangkat, kaya dan berkuasa,
jangan sombong dan semena-mena terhadap sesama.

Pangkat tidak abadi dan kekayaan bisa saja pergi,
berilmu bisa berubah silih berganti.

Tatkala kamu berhadapan dengan sesama,
harus ramah jangan merengut seperti buaya.

  • Terhadap Guru
Kepada guru harus taat dan berbakti,
semua perintah bagus diikuti.

Ajarannya dimengerti dengan benar dan sungguh hati,
nasihatnya diikuti dengan penuh sudi.

Dengan sungguh menghindari larangannya
supaya kamu menjadi orang yang berguna.

  • Ketika ada tamu
Tatkala kedua orang tua menerima tamu,
harus sopan tingkah lakumu.

Jangan minta uang, minuman dan makanan,
jangan rewel seperti orang kelaparan.

Kalau ada perlu harus sabar dulu,
hingga tamu pulang, sengga baik bagimu.

Ketika sudah pulang tamunya,
jangan berebut sisa hidangannya.

Seperti ikan keting berebut kotoran,
sehingga kalau dilihat orang sangat memalukan.

Kecuali jika bapakmu menyeru, “Anakku”,
itu makanan orang ‘alim kiyahi-ku.

Bagi rata dengan saudaramu semua,
supaya ikut menjadi ‘alim, kaya dan banyak harta.

Niat kamu berharap berkah orang mulia,
tidak berniat berebut sisa makanannya.

  • Sikap dan Lagak
Anak Islam saat ini harus waspada,
Jangan sampai terlena, akibatnya kecewa.

Menuntut ilmu itu perlu tapi budi
adab Islam harus selalu dipersudi

Banyak anak pintar tapi tidak bagus
budi pekertinya, karena merasa bagus.

Kepada orang tua tidak menghargai dan tidak menghormati
Merasa paling pintar tak ada yang menandingi.

Katanya itu sekarang memang caranya
Jangan begitu bukan antelik merdeka.

Mengenakan blangkon, sorban, sarung dibiasakan,
Katanya bukan kebanggaan di zaman kemajuan.

Pandang itu Pangeran Dipa Negara,
Imam Bonjol, Tengku Umar nan perwira.

Semua membela bangsa dan negara,
Semua mengenakan destar, pantas jadi perwira.

Mengenakan sorban kebiasaan Imam Bonjol
Dan kawan-kawan, “Hai anakku jangan tolol.

Dari pada gundul lebih apik bagus
Pakai tutup kepala seperti Raden Bagus.

Sesekali pamer rambut terserah padamu,
Tetapi ingat di mana tempat keberadaanmu.

Bersama orang muda beda bersam Yai,
Menuju shalat tidak sama sama dengan melancong pergi.

Tidak lalu melancong gundul, shalat gundul.
Bersilaturrahim gundul, kencing gundul.

  • Cita-cita Luhur
Anak Islam harus bercita-cita luhur,
Supaya dunia akhirat bisa makmur.

Cukup ilmu umum dan ilmu agama,
Cukup dunia dan berbakti pada Tuhan Yang Kuasa.

Bisa memimpin saudara dan bangsanya,
Menuju pada kesejahteraan dan kemuliaannya.

Itu semua tidak mudah dilaksanakan,
Kalau tidak dari kecil dicita-citakan.

Cita-cita harus diusahakan dengan gemergut,
Menuntut ilmu serta pekerti yang patut.

Kita bakal ditinggalkan orang tua
Tidak bisa tidak semua kita pasti semakin tua

Kalau kita sudah sampai waktunya,
Tidak lewat semua kamu pemimpinnya.

Negaramu butuh menteri butuh mufti,
Butuh Qadhi , patih dan bupati.

Butuh dokter butuh mister yang pintar,
Ilmu agama yang menuntun laku benar.

Butuh guru dan Kiyai yang linangkung,
Ikut mengatur negaranya ora petung.

Itu semua siapa lagi yang ngayahi,
Kalau bukan anak kita yang menyanggupi.

Kecuali jika kamu semua ridho membuntut
Selamanya menggembala kambing pegang pecut.

Kamu ridho menumpang cikar selamanya,
Kafir kamu sangat tinggi kedudukannya.

Tiada sempat menggembala kambing menumpang cikar,
Asalkan cita-cita ilmu bisa nenggar.

Ketika masih usia anak Nabi kita seorang penggembala,
Pada akhirnya menjadi pemimpin yang sembada.

Abu Bakar Ash-Shiddiq itu seorang sodagar,
Tetapi bisa mengatur masyarakat dengan benar

Ali  Abi Thalib pedagang kayu bakar,
Tetapi tangkas ketika menjadi Panglima Besar.

Wahid Hasyim santri pondok tak sekolah,
Menjadi menteri dengan yang lain tidak kalah.

Semua itu tergantung pada seja luhur,
Dengan berpegang ilmu dan berlaku jujur.

Sampai di sini pungkasan sya’ir ini
Dengan jumlah larik delapan puluh lima kurang siji,

Moga-moga harapan kita diperkenankan
Oleh Allah yang menurunkan hujan.

Diberi taufiq serta hidayah,
Dunia dan akhirat sehat wal’afiyah.
آمين آمين آمين آمين آمين آمين
فالحمد لله رب العالمين
(Amin-amin-amin-amin-amin-amin
Falhamdu lil-ilaahi robil alamiin).

Bergabung di Faebook menjadi follower BERAGAM PUISI

No comments:

Post a Comment

POPULAR POST